Abstrak
Latar Belakang: Kelainan jaringan lunak rongga mulut pada anak merupakan permasalahan yang sering ditemukan di klinik kedokteran gigi anak. Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang.
Tujuan: Mengetahui distribusi dan karakteristik kelainan jaringan lunak rongga mulut pada pasien anak di RSGM-P Universitas ABC selama periode 2010–2015.
Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif dengan telaah rekam medis pasien anak berusia 0–16 tahun yang datang ke RSGM-P Universitas ABC tahun 2010–2015. Data yang dikumpulkan meliputi jenis kelainan jaringan lunak, lokasi, usia, dan jenis kelamin pasien. Analisis dilakukan secara deskriptif dalam bentuk frekuensi dan persentase.
Hasil: Dari 756 data rekam medis yang memenuhi kriteria, ditemukan 182 kasus kelainan jaringan lunak. Lesi yang paling sering ditemukan adalah stomatitis aftosa rekuren (32,4%), diikuti oleh kandidiasis oral (21,4%), fibroma iritasi (15,9%), dan mucocele (11,5%). Kelainan lebih banyak ditemukan pada anak usia 7–12 tahun dan lebih sering pada perempuan (57,7%).
Kesimpulan: Kelainan jaringan lunak rongga mulut yang paling sering ditemukan pada anak di RSGM-P Universitas ABC adalah stomatitis aftosa rekuren. Edukasi kepada orang tua dan petugas kesehatan gigi penting untuk meningkatkan deteksi dan penanganan dini.
Kata kunci: kelainan jaringan lunak, anak, rongga mulut, stomatitis, retrospektif
Pendahuluan
Jaringan lunak rongga mulut anak rentan mengalami kelainan akibat berbagai faktor seperti infeksi, trauma, gangguan sistemik, dan kebiasaan buruk. Kelainan ini dapat menyebabkan nyeri, gangguan makan, berbicara, bahkan ketidaknyamanan psikologis, terutama bila tidak ditangani secara tepat.
Prevalensi dan jenis kelainan jaringan lunak pada anak dapat berbeda-beda tergantung usia, status imun, kebersihan mulut, dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, penting bagi tenaga medis dan orang tua untuk mengetahui pola kelainan yang paling sering ditemukan sehingga dapat dilakukan deteksi dini dan pencegahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik kelainan jaringan lunak rongga mulut pada pasien anak yang berkunjung ke RSGM-P Universitas ABC selama kurun waktu lima tahun.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif berdasarkan data rekam medis pasien anak (0–16 tahun) yang berkunjung ke RSGM-P Universitas ABC pada tahun 2010–2015.
Kriteria inklusi:
- Rekam medis lengkap dan mencantumkan diagnosis kelainan jaringan lunak.
- Pasien berusia ≤16 tahun.
Kriteria eksklusi:
- Rekam medis tidak lengkap.
- Diagnosis tidak mencantumkan kelainan jaringan lunak secara spesifik.
Data yang dikumpulkan meliputi:
- Jenis kelainan jaringan lunak
- Lokasi lesi
- Usia dan jenis kelamin pasien
Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi.
Hasil
Dari total 756 rekam medis yang ditelaah, ditemukan 182 kasus kelainan jaringan lunak rongga mulut pada anak. Distribusi jenis kelainan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelainan Jaringan Lunak (n=182)
Jenis Kelainan | Frekuensi | Persentase (%) |
---|---|---|
Stomatitis Aftosa Rekuren | 59 | 32,4 |
Kandidiasis Oral | 39 | 21,4 |
Fibroma Iritasi | 29 | 15,9 |
Mucocele | 21 | 11,5 |
Herpes Labialis | 14 | 7,7 |
Lain-lain (epulis, abses, dll) | 20 | 11,0 |
Distribusi Usia dan Jenis Kelamin:
Kelainan paling banyak ditemukan pada kelompok usia 7–12 tahun (45,1%), diikuti oleh usia 13–16 tahun (29,1%) dan 0–6 tahun (25,8%). Berdasarkan jenis kelamin, 105 kasus terjadi pada perempuan (57,7%) dan 77 kasus pada laki-laki (42,3%).
Diskusi
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan lesi yang paling sering ditemukan. Hal ini sejalan dengan literatur yang menyebutkan bahwa SAR sering terjadi pada anak usia sekolah akibat stres, trauma lokal, dan kekurangan nutrisi. Kandidiasis oral, yang menempati urutan kedua, banyak ditemukan pada anak usia dini dengan sistem imun belum optimal atau penggunaan antibiotik jangka panjang.
Fibroma iritasi dan mucocele berkaitan erat dengan trauma berulang, seperti menggigit bibir atau pipi secara tidak sadar. Kebiasaan parafungsional seperti bruxism atau menghisap bibir juga dapat menjadi faktor predisposisi.
Perbedaan jumlah kasus berdasarkan jenis kelamin kemungkinan berhubungan dengan faktor hormonal atau perbedaan kebiasaan oral antara anak laki-laki dan perempuan.
Kesimpulan
Kelainan jaringan lunak rongga mulut paling banyak ditemukan pada kelompok usia sekolah dan lebih banyak dialami oleh perempuan. Jenis kelainan yang paling sering adalah stomatitis aftosa rekuren. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi pengembangan program promotif preventif di bidang kedokteran gigi anak.